ini aku kesatriamu
apa kabar ?
sudakah kau berdoa pada tuhanmu hari ini ?
malam ini aku menampar wajah tuhan dengan kedua tanganku
berharap ia marah dan membunuhku seketika
putri
adakah aku dihatimu malam ini ?
aku merindukanmu seperti seorang bayi merindukan payudara ibunya
kau tancapkan ditubuhku busur baja
kau tanam bom atom disetiap inci atom tubuhku dan malam ini aku meledak
putri
apakah kau tau hanya aroma tubuhmu yang bisa membius kesadaranku ?
senyummu berbahaya
pelukanmu semesta
dan ciuman yang kau daratkan dibibirku kemarin malam bagaikan bisa ular yang mampu membunuhku kapan saja
tak ada obat yang bisa menawar racun ini selain si pemberi racun itu sendiri
selamat malam putri
ini aku kesatriamu
buta dan lumpuh
malam terasa seperti mengada-ngada semua tanya
aku yang sedang diracuni rindu gulita
apakah kau tau tubuhmu adalah pelabuhan terakhir yang sudah lama kucari untuk melabuhkan kapal karam yang ku nahkodai ?
matamu matahari bagiku
telingamu selokan
pembuangan terakhir segala kotoran dunia yang kutelan sebelumnya
tangan kecilmu adalah ranting yang selalu kugenggam agar aku tak jatuh lagi untuk kedua kalinya
putri
aku merindukanmu
lebih luas dari jagat tak beraya
lebih tinggi dari ribuan lapisan langit tak berujung lapis
dan lebih dalam dari palung tak bersamudra
pelukan mungil yang mampu membuatku melayang seperti mengkonsumsi narkoba
ruang-ruang tak lagi bersekat
dimensi tak lagi dibatasi oleh tanah dan langit
tak juga ruang dan waktu
tak juga ruang dan waktu
kau memecah semua kesunyianku dengan satu ciuman mematikan
saat kita melangkah bersama menuju tepi pantai
aku merasa bodoh tapi selalu menutupinya
kapan lagi kita berdua mengusir awan dan hujan ?
kapan lagi kita berdua melihat bulan dengan satu mata satu pandangan ?
kapan lagi kita berdua mendengar deru ombak dengan satu telinga satu pendengaran ?
kapan lagi ?
kapan lagi putri ?
putri
dimanapun kau berada malam ini
aku hanya ingin kau tau satu hal
aku merindukanmu lebih parah dari saat kau membuatku jatuh cinta.
No comments:
Post a Comment